Bisnis.com, JAKARTA - Target pertumbuhan industri pengemasan yang ditarget mencapai dobel digit pada 2015 diturunkan dari 10% menjadi 8%.
Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia Ariana Susanti mengatakan penurunan target pertumbuhan karena dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu melemahnya nilai tukar rupiah. Dia menjelaskan lebih dari 50% bahan baku kemasan berasal dari luar negeri.
"Terutama untuk kemasan plastik yang mendominasi pasar industri kemasan, 50% biaya produksi diberatkan oleh bahan baku impor dan minyak," ujar Ariana, Kamis (9/4/2015).
Ariana menjelaskan meski harga minyak dunia tidak terlalu tinggi, ongkos produksi tetap tinggi dengan kondisi rupiah yang membeli bahan baku impor. Ini yang mengakibatkan industri ini menjadi stagnan.
Omzet industri kemasan pada 2014 lebih baik dibanding tahun ini. Pada kuartal I tahun lalu, industri ini mencapai lebih dari Rp30 triliun dari total Rp70 triliun selama setahun.
Sementara kuartal pertama tahun ini diprediksi hanya bisa mencapai Rp15 triliun. “Belum ketahuan pastinya, biasanya minggu ketiga April,” ujarnya.
Selain itu, Ariana mengatakan bahan baku lokal juga relatif mahal. Dia beranggapan ini disebabkan oleh pelaku usaha bahan baku lokal masih mengimpor beberapa elemen dari luar negeri. Ini berdampak karena mereka menjual bahan baku untuk pelaku industri kemasan dalam dolar.